Senin, 07 Maret 2016

ADI (Acceptable Daily Intake)

ADI (Acceptable Daily Intake)
Zat aditif adalah zat yang biasa ditambahkan kedalam suatu jenis makanan atau minuman, sehingga makanan atau minuman tersebut lebih menarik.Umumnya, zat aditif tidak memiliki nilai gizi. Zat ini berfungsi untuk mengawetkan makanan, menambah rasa dan aroma, dan mempermudah proses pembuatan makanan ataupun minuman.
Pada zaman dulu, teknik pengolahan makanan hanya menggunakan bahan-bahan alami, seperti kunyit, cabe, gula, pandan, dsb.Karena manusia tidak hanya puas dengan bahan alami dalam memenuhi kebutuhan dan peningkatan kualitas hidupnya, maka dibuatlah bahan sintesis.
Zat aditif sintesis aman dikonsumsi selama masih dalam ambang batas aman penggunaannya. Batas penggunaan bahan makanan ini, diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 722/Menkes/PER/IX/88 tentang Bahan Tambahan Makanan, berdasarkan ADI (Acceptable Daily Intake), yaitu tidak menimbulkan bahaya jika dikonsumsi oleh manusia dengan dasar perhitungan yaitu perkilogram berat badan.







MACAM-MACAM ZAT ADITIF

1. Zat Pewarna
Adalah bahan yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada makanan agar menarik.
Zat pewarna dibedakan atas zat pewarna alami dan zat pewarna buatan.
a. Zat Pewarna Alami
Contoh :
- Daun pandan dan suji pemberi warna hijau
- Kunyit pemberi warna kuning
- Coklat pemberi warna coklat
- Wortel pemberi warna kuning merah
- Karamel pemberi warna hitam coklat
b. Zat Pewarna Buatan
Contoh:
- Eritrosin pemberi warna merah
Misal: untuk minuman ringan dan makanan cair
- Hijau FCF
Misal: untuk pemberi warna es krim, buah pir kalengan, jem, jelly, saus apel dan udang kalengan.
- Kuning FCF pemberi warna kuning
Misal: untuk es krim, yoghurt, jem, jelly.
Hasil penelitian FAO/WHO tidak menetapkan ambang batas pemakaian zat warna tetapi ambang batas konsumsi perhari yang diperkenankan yang dikenal dengan singkatan ADI (Acceptable Daily Intake).Penetapan itu dilakukan setelah terjadi kasus keracunan zat pewarna pada kembang gula dan “popcorn” dengan dosis yang terlalu tinggi.Akibat keracunan itu, anak menderita diare.

2. Zat Pemutih

Selain zat pewarna makanan kita mengenal zat pemutih makanan. Misalnya: oksidaklor, hydrogen peroksida, benzoil peroksida, dll. Zat pemutih ini baik untuk memperbaiki warna bahan makanan tanpa merusak komposisi bahan makanan. Contoh: tepung yang masih baru biasanya berwarna kuning kecoklat-coklatan atau kuning keabu-abuan. Zat-zat pemutih tersebut dapat digunakan untuk memutihkan tepung tadi. Hidrogen peroksida biasa digunakan untuk memutihkan warna susu yang digunakan untuk membuat keju.
Ada zat pemutih yang memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai pemutih warna zat makanan juga sebagai pereaksi untuk menjadikan bahan makanan itu larut dalam air. Misalnya: natrium hipoklorit digunakan agar pati yang tidak larut dalam air menjadi larut dalam air.


3. Zat Penyedap Rasa dan Pemberi Aroma

Ini sering disebut sebagai zat cita rasa makanan. Misalnya, bumbu-bumbuan yang berasal dari alam, contoh: pala, merica laos, dll.

a. Zat Penyedap Rasa
Zat penyedap rasa makanan yang paling banyak digunakan adalah MSG (Monosodium glutamat) atau sering disebut Vetsin dan asam cuka. MSG dibuat dari fermentasi tetes tebu dengan bantuan bakteri Micrococcus glutamicus.
Zat penyedap rasa jika penggunaannya berlebihan maka menimbulkan penyakit. Contoh penggunaan MSG di restoran Cina dan Jepang, jika penggunaan MSG berlebihan maka menimbulkan penyakit yang dikenal dengan nama Sindrom Restoran Cina (ChineseRestaurant Syndrome) dengan gejalanya pusing, lelah atau sesak napas.
Contoh penyedap rasa lainnya: natrium/kalium guanilat dan natrium/kalium inosinat.

b. Zat Pemberi Aroma
Zat pemberi aroma banyak digunakan dari golongan ester dengan rasa atau aroma buah. Kebanyakan zat pemberi aroma digunakan dalam minuman.
Contoh :
1. Benzaldehida untuk pemberi aroma buah lobi-lobi
2. Etil butirat untuk pemberi aroma buah nanas
3.Amil asetat untuk pemberi aroma buah pisang
4.Amil valerat untuk pemberi aroma buah apel
5. Isoamil asetat untuk pemberi aroma buah pisang ambon
6. Isobutil propionat untuk pemberi aroma buah rum
7.Oktil asetat untuk pemberi aroma buah jeruk
8.Metil salisilat untuk pemberi aroma minyak gandapura (wintergreen).
9. Propil asetat untuk pemberi aroma buah pir.

4. Zat Pemanis
Pemanis buatan adalah zat aditif yang dapat menyebabkan rasa manis pada makanan, tetapi bahan ini tidak mempunyai nilai gizi. Zat manis tidak berkalori dan tidak ikut dalam proses metabolisme tubuh. Oleh Karena itu, bahan ini digunakan sebagai bahan pengganti gula pada penderita kencing manis.
Gula baik yang terbuat dari tebu maupun dari enau atau kelapa diuraikan oleh zat dalam tubuh manusia menjadi glukosa.Glukosa ini dioksidasi oleh oksigen menjadi gas CO2 dan H2O disertai dengan kalor atau tenaga.

5. Zat Pengawet
Zat pengawet adalah bahan yang dapat mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman, atau penguraian makanan oleh mikroorganisme, pengawet alami dapat dilakukan dengan cara memasukan bahan makanan ke dalam garam atau diasinkan
Zat pengawet yang sering digunakan adalah zat pengawet yang mudah dibuat misalnya natrium benzoat, natrium nitrat, asam propianat, dan kalium sorbat. Natrium benzoat digunakan untuk bahan makanan yang mudah basi, benzoat efektif pada pH 2,5-40.
COONa

CH2 – CH = CH – CH = COOK

Na-Benzoat k-sorbat
Zat pengawet makanan yang dilarang Departemen Kesehatan adalah formalin, boraks dan asam salisilat
Etilen oksida dan etil format adalah bahan fumigasi yang digunakan untuk menghilangkan hama dari bumbu-bumbuan, kacang-kacangan, dan buah-buahan kering.
Terlalu banyak makan-makanan yang mengandung zat pengawet akan mengurangi daya tahan tubuh terhadap serangan berbagai penyakit.


6. Zat Pengatur keasaman
Zat pengatur keasaman berfungsi untuk mengasamkan, menetralkan dan mempertahankan derajat keasaman, contoh asam asetat, asam klorida, asam sitrat, dan natrium karbonat.
Pemakaian zat-zat aditif pada makanan yang diperbolehkan mempunyai syarat-syarat sebagai berikut:

a. Mempertahankan kualitas gizi makanan
b. Mempertinggi mutu atau stabilitas dengan mengurangi kerusakan makanan
c. Menambah makanan lebih menarik
d. Diperlukan dalam proses pengolahan bahan makanan
Zat aditif dapat bersifat racun dan merugikan kesehatan apabila penggunaannya tidak sesuai dengan aturan. Kesalahan yang dapat merugikan berasal dari:
a. Zat aditif yang digunakan tidak tepat sesuai fungsinya
b. Pemakaian zat aditif yang over dosis, dan
c. Pemakaian insektisida di rumah dapat mencemari makanan

7. Sekuantran
Sekuentran adalah bahan aditif dalam makanan yang dapat mengikat ion-ion logam yang ada dalam makanan dan membentuk senyawa kompleks. Dengan terikatnya ion-ion tersebut dapat dihambat terjadinya proses oksidasi yang dapat menimbulkan perubahan warna dan aroma. Bahan aditif yang berfungsi sebagai sekuantran ialah asam sitrat, asam fosfat dan garamnya, serta kalsium diantrium EDTA (Ethylene Diamine Tetra Atetic Acid).

8. Anti Oksidan
Minyak dan lemak akan dapat menjadi tengik bila di simpan lama. Ketengikan minyak disebabkan karena oksidasi dari udara.Untuk mencegah ketengikan minyak biasanya digunakan anti oksidan.Contoh anti oksidan adalah asam askorbat (bentuk garam kalium, natrium, dan kalsium) yang digunakan pada daging olahan, kaldu dan buah dalam keemasan kaleng.Butil Hidroksil Anisol (BHA) digunakan untuk lemak dan minyak.Butil Hodroksil Toluene (BHT) digunakan untuk lemak, minyak makan, margarin dan mentega.

9. Penambah Gizi dan Vitamin
Zat ini adalah bahan aditif dalam makanan yang berupa asam amino, mineral ataupun vitamin. Fungsinya untuk memperbaiki gizi makanan contohnya asam askobat, feri fosfat penyakit tertentu serta pertumbuhan misalnya iodium dan mineral (Ca2+, Mg2+, dan Fe3+)




Batasan penggunaan berdasarkan resiko adalah ADI (Acceptable Daily Intake) yaitu batasan yang tidak menimbulkan resiko/bahaya jika dikomsumsi oleh manusia.Perhitungannya dengan menggunakan perkilo gram bobot badan.

Zat Adiktif
Batasan PERMENKES RI per kg Makanan
Batasan ADI per kg Bobot Badan
BHA
100 mg-1000 mg
0 – 0,3 mg
BHT
100 mg-1000 mg
0 – 0,125 mg
Asam Asetat
Secukupnya
Tidak ada batasan
Asam Sitrat
5 g – 40 g
Tidak ada batasan
Sakarin
50 mg – 300 mg
Siklamat
500 mg – 3 g
Aspartam
Asam Benzoat
600 mg – 1 g
0,5 mg
Asam Sorbat
500 mg – 3 g
0, 25 mg
Beta karoten
100 mg – 600 mg
Karamal
150 mg – 300 mg
Tidak ada batasan
Tartrazin
30 mg-300 mg
0-7,5 mg
Karmoisin
50 mg-300 mg
0 -4 mg
Eritrosin
30 mg- 300 mg
0-0,6 mg
MSG
secukupnya
0-120 mg
BAHAYA PENGGUNAAN PEMANIS BUATAN


Definisi Pemanis Buatan Pemanis buatan adalah bahan tambahan makanan berupa senyawa kima yang dapat menyebabkan rasa manis pada yang tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi dan biasanya digunakan untuk keperluan olahan pangan, industri serta minuman dan kesehatan. Digolongkan menjadi 2 yaitu :
1. Pemanis sintesis adalah pemanis yang dihasilkan melalui proses kimia. Contohnya siklamat, aspartame, sakarin
2. Pemanis natural adalah pemanis yang dihasilkan dari proses ekstraksi atau isolated dari tanaman danbuah atau melalui enzimatis. Contohnya sukrosa, glukosa, fruktosa, sorbitol.
Pemanis ini terbagi lagi menjadi 2, yaitu:
a)     Pemanis nutritive adalah pemanis yang dapat menghasilkan kalori atau energi sebesar 4 kalori/gram. Contohnya sorbitol dan laktosa.
b)     Pemanis non-nutritif adalah pemanis yang digunakan untuk meningkatkan kenikmatan tetapi hanya menghasilkan sedikit energi atau sekali tidak ada.

Manfaat atau fungsi Pemanis Buatan
1. Sebagai pengganti gula sukrosa atau fruktosa (pemanis buatan).
2. mengembangkan jenis makanan dan minuman dengan jumlah kalori terkontrol.
3. mengontrol program pemeliaharan dan penurunan berat badan.
4. mengurangi kerusakan gigi.
5. menyebabkan diabetes

Pada awalnya pemanis buatan memang diproduksi untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi para penderita diabetes atau produk pangan yang rendah kalori.Namun, pemanis buatan ini kini juga sudah mulai banyak digunakan masyarakat yang tidak menderita diabetes. Meskipun begitu, jumlah yang boleh dikonsumsi tetap terbatas baik bagi penderita diabetes atau bukan adalah sama. Beberapa jenis pemanis buatan di pasaran adalah:

Aspartam. Dikenal dengan sebutan gula jagung.Aspartam adalah gula diet yang penggunaannya disetujui oleh badan pengawasan obat dan makanan Amerika atau FDA (Food and Drugs Administration) dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan Indonesia (BPOM).  Pemanis buatan ini merupakan senyawa metil ester dipeptida yaitu L fenilalanin metil ester dengan tingkat kemanisan kira-kira 160-200 kali kemanisan gula sukrosa.Diantara semua pemanis yang tidak berkalori hanya aspartam yang mengalami metabolisme. Proses pencernaannya mirip proses pencernaan protein lain, yaitu dipecah menjadi komponen dasar dan dibuang sehingga tidak terakumulasi dalam tubuh.
Tips: Pemanis buatan seharusnya hanya digunakan untuk penderita diabetes melitus atau penderita yang memerlukan diet rendah kalori. Jadi bukan untuk semua orang.
Jika Anda memang harus menggunakan pemanis buatan, maka penggunaannya sebaiknya  untuk 2 kali minum teh atau kopi saja karena batas dosis anjuran penggunaan yang disarankan hanya 40 mg per kg berat badan.

Sakarin.Sakarin adalah pemanis tidak berkalori.Pemanis ini sesungguhnya tidak dimetabolisme oleh tubuh sehingga aman digunakan.Sakarin merupakan senyawa benzosulfamida.Keunggulan dari senyawa ini mempunyai tingkat kemanisan kira-kira 300-500 kali dibandingkan dengan gula.Sama dengan aspartame, senyawa ini bukan merupakan sumber kalori sebagaimana gula pasir sehingga kerap digunakan untuk mereka yang menjalani diet rendah kalori.Kelemahannya, senyawa ini labil pada pemanasan sehingga mengurangi tingkat kemanisannya.Disamping itu sakarin kerap kali menimbulkan rasa pahit ikutan (after taste) karena ketidakmurnian bahannya.
Tips: FDA memperkirakan bahwa pemakaian sakarin yang aman adalah 50 mg per orang per hari. Dosis sakarin yang disarankan sebesar 5 mg per kg berat badan per hari.

Asesulfam Potasium. Tingkat kemanisan Asesulfam potassium sekitar 200 kali dibanding dengan sukrosa atau gula.Kelebihannya, mempunyai sifat stabil pada pemanasan dan tidak mengandung kalori. Selain itu, asesulfam potassium dapat meningkatkan derajat kemanisan makanan bila dicampur dengan pemanis lain. Pastinya pemanis ini akan dikeluarkan melalui urin tanpa mengalami perubahan.

Sukralosa.Sukralosa merupakan derivate dari sukrosa, mempunyai tingkat kemanisan kurang lebih 600 kali sukrosa.Sejauh ini sukralosa masih dinyatakan aman, dengan nilai maksimal 10 mg per kg berat badan, meskipun pada kenyataannya sukralosa dalam metabolismenya menghasilkan senyawa yang tidak lagi aman bagi manusia. Pemanis ini tidak diserap secara baik oleh tubuh dan akan dikeluarkan melalui urin hampir tanpa perubahan. Salah satu keunggulan sukralosa adalah tahan panas sehingga tingkat kemanisan yang diperoleh tidak menurun.Karena tingkat kemanisannya yang tinggi, jumlah sukralosa yang diperlukan untuk mencapai tingkat kemanisan yang diinginkan juga sangat sedikit.

Pemanis
Kemanisan Relatif
Sukrosa
1
Na-siklamat
15-31
Dulsin
70-350
Sakarin
240-350
Aspartam
250
1-n-propoksi-2-amino-nitrobenzen
4100

identifikasi asam salisilat

IDENTIFIKASI ASAM SALISILAT
            Asam salisilat merupakan asam yang bersifat iritan lokal, yang dapat digunakan secara topikal. Terdapat berbagai turunan yang digunakan sebagai obat luar, yang terbagi atas 2 kelas, ester dari asam salisilat dan ester salisilat dari asam organik.Di samping itu digunakan pula garam salisilat.Turunannya yang paling dikenal asalah asam asetilsalisilat.Asam salisilat mimiliki rumus molekul C7H6O3, massa molar 138,12 g/mol,densitas 1,44 g/cm3, titik leleh 159°C, titik didih 211°C (2666 Pa).
Asam salisilat mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari 101,0 %  C7H6O3. Biasanya asam salisilat ini berbentuk jarum halus, rasanya agak manis, tajam dan stabil di udara bentuk sintesisnya berwarna putih dan tidak berbau. Kelarutannya sukar larut dalam air dan dalam benzena, mudah larut dalam etanol dan eter, larut dalam air mendidih dan sukar larut dalam kloroform, yang dimana asam salisilat ini memiliki nilai BM 138,12 (FI IV 1995 hal. 51)
Rumus molekul : C7H6O3

Asam salisilat mendapatkan namanya dari spesiesdedalu (bahasa Latin: salix), yang memiliki kandungan asam tersebut secara alamiah, dan dari situlah manusia mengisolasinya. Penggunaan dedalu dalam pengobatan tradisional telah dilakukan oleh bangsa Sumeria, Asyur dan sejumlah suku Indian seperti Cherokee. Pada saat ini, asam salisilat banyak diaplikasikan dalam pembuatan obat aspirin.Salisilat umumnya bekerja melalui kandungan asamnya.Hal tersebut dikembangkan secara menetap ke dalam salisilat baru.Selain sebagai obat, asam salisilat juga merupakan hormon tumbuhan.


Sifat-sifat fisik dari asam salisilat

1
Penampakan
Tidak berwarna menjadi kuning pada larutan dengan bau kenari pahit
2
Titik lebur
1-2 0C
3
Titik didih
197 0C
4
Kerapatan
4,2
5
Tekanan uap
1 mmHg pada 33 0C
6
Daya ledak
1,146 g/cm3
7
Titik nyala
76 0C

Sifat-sifat lain yang dimiliki oleh asam salisilat adalah sebagai berikut:
  1. Panas jika dihirup, di telan dan apabila terjadi kontak dengan kulit.
  2. Iritasi pada mata
  3. Iritasi pada sauran pernafasan
  4. Iritasi pada kulit


Kegunaan asam salisilat
  Asam salisilat dapat digunakan untuk efek keratolitik yaitu akan mengurangi ketebalan interseluler dalam selaput tanduk dengan cara melarutkan semen interseluler dan menyebabkan desintegrasi dan pengelupasana kulit. Asam organis ini berkhasiat fungisit terhadap banyak fungi pada konsentrasi 3-6% dalam salep. Di samping itu, zat ini juga bekerja keratolitis, yaitu dapat melarutkan lapisan tanduk kulit pada konsentrasi 5-10%.       

Toksisitas asam salisilat
    Salisilat sering digunakan untuk mengobati segala keluhan ringan dan tidak berarti sehingga banyak terjadi penggunasalahan atau penyalahgunaan obat bebas ini. Keracunan salisilat yang berat dapat menyebabkan kematian, tetapi umumnya keracunan salisilat bersifat ringan. Gejala saluran cerna lebih menonjol pada intoksikasi asam salisilat. Efek terhadap saluran cerna, perdarahan lambung yang berat dapat terjadi pada dosis besar dan pemberian contoh kronik. Salisilisme dan kematian terjadi setelah pemakaian secara topikal. Gejala keracunan sistemik  akut dapat terjadi setelah penggunaan berlebihan asam salisilat di daerah yang luas pada kulit, bahkan sudah terjadi beberapa kematian.    
     Pemakaian asam salisilat secara topikal pada konsetrasi tinggi juga sering mengakibatkan iritasi lokal, peradangan akut, bahkan ulserasi. Untuk mengurangi absorpsinya pada penggunaan topikal maka asam salisilat tidak digunakan dalam penggunaan jangka lama dalam konsentrasi tinggi, pada daerah yang luas pada kulit dan pada kulit rusak.


Uji Identifikasi Asam Salisilat
  1. Sebanyak 5 mL larutan sampel dimasukkan dalam tabung reaksi.
  2. Kemudian ditambahkan dengan 1 tetes FeCl3 0,5%.
  3. Perubahan yang terjadi diamati. Hasil positif ditunjukkan adannya endapan putih

Penetapan Kadar Asam Salisilat
Pembakuan larutan KBrO3 0,1 N
1.      Buat larutan KbrO3 0,1 N = 0,
2.      Pipetkan 25 mL larutanbaku KBrO3  0,1 N
3.      Tambahkan 1,5 g KI atau 15 mL larutan KI 10%
4.      Tambahkan 4-5 mL HCl 4 N, tambahkan indikator larutan  amylum
5.      Titrasi dengan larutan thiosulfat 0,1 N
6.      Percobaan dilakukan 3 x
7.      Tentukan normalitet larutan

Pembakuan larutan  Na2S2O3 0,1 N
1.      Buat larutan  Na2S2O3 0,1 N = 25,5 g Na2S2O3 + 200 mg Na2CO3 + air ad 1 Liter ( air yang telah dimasak terlebih dulu  )
2.      Pipetkan 25 mL larutan KBrO3 0,1 N dalam erlenmeyer
3.      Tambahkan 1,5 gr KI atau  15 mL larutan KI 10% + 4-5 mL HCl 4 N
4.      Titrasi dengan larutan thiosulfat 0,1 N dengan indikator amylum sampai warna biru tepat hilang  ( 1 grol KBrO3 = 6 grek )
5.      Percobaan dilakukan 3 x
6.      Tentukan normalitet larutan
Penetapan kadar asam salisilat
1.      30 – 35 mg asam salisilat  ditambahkan 25 mL KbrO3 0,1 N + 150 mg KBr dikocok .
2.      Tambahkan 5 mL HCl pekat diamkan 30 menit  di tempat gelap.
3.      Tambahkan 2 gr KI .
4.      Tambahkan larutan amylum 5 %
5.      Titrasi dengan larutan thiosulfat  0,1 N . Lakukan penitaran 3 x

6.      Hitung kadar asam salisilat ( 1 mL KBrO3 0,1 N setara dengan 2,3 mg asam salisilat).